JAKARTA (Suara Karya): Bagaimana tak cemburu kalau setiap akhir pekan
dia hanya nongkrong di depan teve? Lalu, kapan bisa pacaran seperti
orang "normal" lainnya, entah itu nonton ke bioskop atau jalan-jalan?
Sudah begitu, setiap kali bertemu, yang diobrolkan tidak jauh-jauh dari
siapa pemenang Liga Inggris, Italia, Euro 2008, tayangan F-1, motoGP dan
lainnya.
Tapi jangan buru-buru putus asa. Yang pertama perlu Anda pahami adalah
bahwa kaum Adam memang sudah dari "sono"nya punya ambisi untuk menang.
Sejak kecil, mereka sudah berkompetisi lari, balap sepeda, atau adu
layangan. Saat nonton pertandingan sepakbola di layar televisi, ia
merasa seolah salah satu anggota kesebelasan itu. Tak heran jika ia
jingkrak-jingkrak, berteriak-teriak bila tim pujaan menang atau
jagoannya mencetak gol.
Jadi, tak perlu cemberut atau dimasukkan ke hati jika Si Dia jadi
badmood gara-gara tim pujaannya kalah. Saran ahli, "Dampingi saja ia
melewati mood yang sedang naik turun itu."
Menaklukkan Masalah.
Alasan kedua, pria memiliki hasrat besar untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapinya. Kegiatan yang membutuhkan keberanian dan menyerempet
bahaya menghasilkan sensasi yang membuat mereka terinspirasi. Dengan
menyaksikan acara-acara tersebut, kepercayaan diri bahwa mereka pun
mampu "mengalahkan" persoalan (di kantor, dengan sahabat, dengan Anda)
akan meningkat. Mereka yakin bisa memecahkan persoalan hidup seperti
para pemenang di dunia olahraga.
Masih belum bisa memahami Si Dia? Bayangkanlah tontonan itu sama
seperti novel percintaan atau tayangan infotainmen yang digemari para
wanita. Jadi, dukunglah kegemaran pasangan Anda terhadap olahraga. Itu
terapi untuk pengembangan dirinya.
Impian Pelatih.
Tahukah Anda, dalam hati setiap pria tersimpan keinginan untuk jadi
pelatih? Para pemain mengikuti semua kata-katanya. Pelatih adalah sosok
yang sangat disegani di lapangan, motivator yang hebat, pembicara yang
berpengaruh, kebapakan, agak diktator, dan sangat maskulin. Si Dia
bersikap sebagai seorang "pelatih" bagi teman-temannya saat mereka
nonton pertandingan. Ia memrediksi siapa pemenang pertandingan, menelaah
pertandingan bila prediksinya keliru dan memberi semangat pada pemain
favoritnya.
Anda bisa mendukungnya dengan bertanya tentang peraturan pertandingan
(tentu saja saat jeda iklan, ya!). Tak sedikit lelaki yang beranggapan,
"Setiap kali pacar saya menunjukkan minatnya pada pertandingan yang saya
tonton, wah, saya sangat bangga kalau bisa menjelaskan sesuatu
padanya."
Makhluk Bertindak.
Alasan lain, pria adalah makhluk bertindak. Olahraga merupakan kegiatan
yang cepat dan cekatan. Setiap penggemar bola tahu, persiapan dan
kompleksitas dari setiap pertandingan (ibarat penguasaan kita pada
gerai-gerai pakaian di pusat perbelanjaan), ketegangan penalti, bunyi
peluit wasit yang marah dan siap merogoh kartu kuning atau merah dalam
momen itu, membuat Si Dia tak mau mengalihkan pandangan dari televisi.
Tidak pula meski Anda tampil seseksi mungkin dan memanggil namanya
dengan rayuan maut! Kalau tak ingin sebal dengan kelakuan Si Dia,
carilah kegiatan sendiri atau duduk manis saja selama pertandingan.
Mempersatu.
Alasan terakhir, olahraga menjalin persahabatan. Dua orang asing dari
ujung dunia dengan pandangan dan gaya hidup berbeda, bisa bersahabat
sangat akrab bila membela tim olahraga yang sama. Penggemar tim yang
sama akan berbagi cerita serta menganalisa pertandingan selama
berjam-jam. Menonton pertandingan olahraga bersama memberi kesempatan
pada pacar Anda dan teman-temannya untuk bergembira. Itu semua mungkin
membuat Anda merasa agak ditinggalkan. Tapi percayalah, setelah
pertandingan usai, ia akan kembali ke pelukan Anda dengan kehangatan
cinta yang meluap-luap. Anda tinggal Tangkap. (berbagai sumber/Adi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar